#ARTOFWORDS RASI BINTANG #2
(Things that were…)
Pemuda itu berjalan menyusuri jalanan yang cukup lenggang.
Sebuah padang rumput luas dengan beberapa ilalang tinggi tumbuh disana.
Langit sudah sedemikian jingga.
Pemuda itu berjalan pelan seraya memperhatikan pemandangan indah tersebut.
Tapi, sesuatu menggelitik indra penglihatannya.
Ya, kaki-kaki itu terhenti setelahnya.
Ia terdiam disana.
Menatap kepada sesuatu.
Apa?
“Kau? Sedang apa disini?” tanya pemuda itu yang terlontar begitu saja.
Entah mengapa pemuda itu melontarkan pertanyaan tadi dengan nada ramah.
Seseorang yang ditanya kini menoleh.
Menampakkan wajahnya di depan pemuda itu.
Seseorang itu nampak agak terkejut mendapati kehadiran pemuda itu.
“Aku sedang melihat bintang” jawab gadis itu.
Pemuda itu ternganga. Melihat bintang? Sore-sore begini apakah bintang sudah mau muncul? Pemuda itu menyusuri luas langit dengan manik hitam miliknya. Entah mengapa mencari maksud gadis itu. Mencari bintang yang mungkin saja sudah muncul.
“Tak ada bintang di sore hari” ucap pemuda itu ringan.
“Kalau begitu kau perlu mencarinya lagi” jawab si gadis.
“Kau itu aneh,” timpal si pemuda itu.
“Kau tahu tak ada bintang di sore hari, dan kau mencarinya. Lucu sekali” ucap gadis itu datar.
“Aku bertanya baik-baik” gerutu si pemuda.
“Baiklah, aku ganti pernyataannya. Aku tak sedang melihat bintang, aku sedang menunggu bintang” balas gadis itu cepat.
“Tapi tak ada bintang saat ini,” gumam pemuda itu.
“Kita bisa menunggunya.”
“Tuhan telah memberikan malam hari sebagai waktu untuk bintang.”
“Apa yang terlihat itu tak seperti yang sebenarnya.
Kadang sebuah kebenaran itu tertutupi suatu hal lain.
Seperti saat ini.
Kau tentu tahu bahwa kedudukan bintang adalah sama.
Di langit.
Siang maupun malam.
Perbedaannya adalah, malam hari kita bisa melihatnya dengan jelas.
Karena tak ada yang menghalanginya.
Berbeda dengan saat ini, bintang ada di langit.
Namun kita belum bisa melihatnya karena terhalangi cahaya matahari yang lebih terang.
Bukan begitu?” gadis itu akhirnya menyelesaikan kalimat panjangnya.
Pemuda itu mengerjap.
Jelas sekali itu bukanlah ucapan kosong yang dilontarkan untuk menciptakan kebingungan begitu saja.
“Aku tak mengerti perkataanmu,” ucap si pemuda.
“Kau tak perlu mengerti.” sambar si gadis.
Oleh Yunita Puspitasari dalam Rasi Bintang.
( Things that are... )
( Things that are... )
Mau secemerlang dan sekilau apapun,
gue tau gue cuma seseorang bak remahan nastar di dalam tupperware dan butiran atom dalam segerombolan bubuk rinso.
Terlalu sadar kalo nggak punya predikat dan label apa-apa untuk saat ini.
Terlalu sadar kalo gue setidak dihargainya.
Terlalu sadar kalo gue memang invisible.
Terlalu sadar karena nggak pernah nampak di depan layar.
Dan apakah kalian cukup sadar buat menyadarinya?
gue tau gue cuma seseorang bak remahan nastar di dalam tupperware dan butiran atom dalam segerombolan bubuk rinso.
Terlalu sadar kalo nggak punya predikat dan label apa-apa untuk saat ini.
Terlalu sadar kalo gue setidak dihargainya.
Terlalu sadar kalo gue memang invisible.
Terlalu sadar karena nggak pernah nampak di depan layar.
Dan apakah kalian cukup sadar buat menyadarinya?
-MCMXCIX/V/XXII-
0 komentar