SIAPA YANG DATANG KE PEMAKAMANKU SAAT AKU MATI NANTI?
If I die who will comes to my funeral?
Siapa yang datang ke pemakamanku saat aku mati nanti?
내가 죽으면 장례식에 누가 와줄까
A simple question that will make you overthinking, right?
Sebuah judul blog post yang mirip (sama) dengan judul sebuah
buku yang ditulis Kim Sang Hyun.
Yap, post kali ini
terinspirasi dari buku yang ditulis oleh Kim Sang Hyun dengan judul yang
sama.
Kim Sang Hyun dengan “If
I die who will comes to my funeral”, sukses ngebuat gue merasa tertarik untuk
membacanya. A dark title, but plot wist with overwhelming and warm content.
Suguhan judul yang berhasil ngebuat gue overthinking, tapi
lama-kelamaan memudar rasa overthinkingnya karena ternyata di dalem buku ini
ngebahas tentang renungan hidup, tentang memberi jeda setelah melakukan apa
yang udah kita lakukan kepada hidup kita sendiri ini, tentang kebahagiaan
hidup, tentang menjadi orang baik, dan tentang makna bahwa sejatinya kita hanya
manusia biasa.
Gue rasa, gue ketemu buku ini di waktu yang tepat, di waktu
di mana gue akhir-akhir ini semakin sadar akan kematian yang benar-benar ada.
Selain itu, timingnya pas banget, buku ini datang di saat gue merasa hopeless
akan kehidupan, saat gue merasa kalo dunia sedang tidak berpihak pada diri gue.
Bahasa penyampaian yang ditulis oleh Kim Sang Hyun juga ngebawa kita kayak dia
lagi cerita sama kita sebagai sahabatnya.
Kalimat-kalimat yang ada di buku ini sebenernya nggak to the
point menampar kita buat mengingat kematian. Sebaliknya, buku ini malah ngajak
kita buat pelan-pelan merenungi makna kita hidup di dunia ini dan kematian yang
mau tidak mau akan kita hadapi esok, entah kapanpun itu.
And here we go, some quotes with simple reminder but means a
lot to our life.
“Kadang aku merasa
tidak nyaman dan tidak bahagia dengan adanya orang lain, padahal biasanya aku
tidak bisa hidup tanpa orang lain. Aku berpikir jangan-jangan walau kita saling
membutuhkan sama lain, kita adalah beban bagi satu sama lain juga?”
“Aku ingin kamu bisa
terus bertemu hal baru, menemukan warna hidupmu sendiri tanpa membandingkan
diri dengan orang lain. Aku harap, kamu tidak menyesal membuka hati untuk
orang-orang baru.”
“Pada hari-hari yang
sulit, aku menganggap diriku sebagai air yang mengalir. Saat air mengalir dari
gunung ke laut, kita akan bertemu dengan ikan, pun batu besar, kemudian bergabung
dengan aliran air lainnya. Itulah sama halnya dengan sebuah proses yang harus
kita lalui.”
“Masing-masing
orang memiliki peran dan batasan yang jelas, mana yang bisa dilakukan, dan mana
yang tidak bisa dilakukan. Karena itu, aku ingin selalui mengakui dan
menghormati sepenuhnya ruang lingkup dan peran pihak lain, menyadari bahwa aku
tidak hidup sendirian, menyadari apa yang bisa aku lakukan untuk menjaga nilai
sosial yang tidak hanya dalam kebersamaan, tetapi juga dalam kesadaran bahwa
orang lain adalah orang lain, berusaha mengenali dan memahami perbedaan,
menghargai keberagaman orang-orang yang berbeda denganku. Dengan demikian, saat
kematian tiba, aku bisa merasakan kehangatan hati karena semasa hidup aku telah
berusaha keras menghormati kebersamaan itu.”
“Semua
fakta dan kebohongan yang ada di sekelilingmu itu tidaklah penting, karena pada
dasarnya, manusia memang hanya bisa melihat apa yang ingin mereka lihat. Jadi,
kuharap kamu tidak menyerah pada pandangan miring orang lain. Jika kau tidak
bisa menunjukkan sosok terbaik dirimu kepada semua orang, jangan jadikan itu
beban pikiran. Sosok dirimu saat ini, tidak dibuat berdasarkan pandangan,
penilaian, atau pun kecurigaan orang lain. Kamu
dibentuk dari sakit dan air mata yang mengalir karena usaha kerasmu untuk tetap
bertahan. Tidak penting bagaimana orang lain berpikir tentangmu. Aku ingin
menyampaikan, hiduplah sebagai dirimu.”
This book really help to comfort you, especially buat kalian
yang sedang belajar untuk menguatkan perjalanan hidup ini kayak gue hhhhhh. Untuk
kalian yang suka buku self-improvement dengan bahasa yang sederhana, kalian
bisa baca buku ini, Sangat recommended sekali buat dibaca malem-malem sebagai
bahan overthingking yang berkualitas hehehe.
That’s all. Sekali lagi gue sangat senang bisa bertemu dengan
buku ini. Kebetulan juga hari ini gue Alhamdulillah masih diberikan
kesempatan oleh Allah SWT, hehehehe yaitu bertambah umur satu tahun lagi
menjadi seperlima abad lebih dua tahun. Semakin
tua, semakin sadar kalo bertambahnya umur sama dengan berkurangnya umur hidup
di dunia ini. Semakin tua umur, semakin ingat kematian. Jadi sangat cocok buat manusia
seperti gue yang sedang overthinking perkara ‘mati’ dan ‘hidup’ hehehe.
Well
done!
Terima
kasih udah nyempetin mampir ke blog ini yang gue nggak tau juga ada yang mampir
atau enggak wkwkwk. Drop the comment please to let me know your opinion about
this book or this review! ^^
Gue
berdoa buat kita, semoga umur panjang yang dikasih Tuhan Allah SWT bisa kita
pake buat berbuat kebaikan dan belajar menjadi manusia yang baik. Aamiin. Tetap
jaga kesehatan juga ya! Covid-19 masih ada :’)
22
Mei 2021
xx
roses are red.