World War III

By Elma Rosalia Malinda - 21.37

Everybody has a chapter they don’t read out loud, and this is those chapter of mine.

WORLD WAR III

Aku Elma, kau tahu? Aku tahu kau sudah mengetahuinya.

Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk bernafas sampai detik ini, masih mempunyai kedua orang tua yang setia menyemangatiku ketika aku down :)
Ya, bapakku berasal dari Kudus dan ibuku berasal dari Kutoarjo. Keduanya guru dan keduanya pula bekerja dalam satu instansi yang sama.

Kau tahu? Aku tidak suka berpergian keluar rumah kalau acara itu memang bukan acara keluarga. Aku hanya sekali atau dua kali hang out bersama teman-teman SMP dan SMA-ku. Banyak teman-temanku yang menaruh curiga kepadaku kenapa setiap mereka mengajakku pergi aku memilih untuk menolak. Jawabanku , aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama ibu bapak, tidak munafik memang, aku juga ingin menghabiskan waktu liburan dan waktu senggang bersama kalian juga, teman-teman. Tapi aku rasa tidak dulu mengingat kondisi batin rumahku.
Instead of goin' out of dinner or hanging out with my friends, i better stayed home with my mom and my dad. Kenapa? Because i just want to make sure that my parents are warm in the winter and cool in the summer.

Apa kau sudah tau? Kenapa aku selalu stay di rumah? Aku yakin kau pasti belum mengetahui kondisi batin rumahku.
Aku jamin hanya 2 orang teman dari seluruh temanku yang mengetahui bahwa aku punya masa-masa yang sulit karena kedua orang tuaku pernah -bisa dikatakan sering- cekcok
Walaupun kedua orang tuaku sering cekcok keduanya masih tinggal satu atap, begitu juga denganku. Ibu bapakku sering cekcok, sedikit-sedikit cekcok, sedikit-sedikit harmonis, terus seperti itu.
Kalian yang pernah mengalami hal serupa ini pasti tahu bukan bagaimana rasanya?

Aku masih ingat ketika aku menceritakan pecahnya keluargaku kepada seorang teman, aku tahu dia memang memberiku semangat, tapi kiraku sepertinya salah. Dia berasal dari keluarga yang baik-baik saja. Aku bertanya kepada kalian yang membaca tulisan ini, Apa aku salah menceritakan perpecahan keluargaku kepada orang yang keluarganya baik-baik saja itu? Apa karena aku tidak puas dengan semangat yang dia berikan kepadaku? Atau aku hanya iri kepada dia yang keluarganya baik-baik saja itu?

Aku bingung antara harus bersyukur atau bersedih karena keluargaku yang tidak baik-baik saja.

Bersyukur karena dengan perpecahan ini aku bisa menjadi setangguh ini, tidak semanja seperti dahulu, dan berani menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan bantuan diriku sendiri saat tak ada yang mengulurkan tangan.

Di sisi yang lain aku bersedih. Bersedih karena kenapa harus keluarga kami yang berantakan? Tiap malam aku menangis dalam tidur, aku dibayangi oleh kedua orang tuaku yang selalu bertengkar.

Teman-temanku mengenaliku sebagai pribadi dengan buku terbuka -Oke kuakui diriku memang Extrovert-, tapi sepertinya mereka salah. Karena rahasia besar (Yang mungkin sekarang sudah diketahui orang dan ya kau sedang membaca rahasiaku ini) -ku ini tidak terbuka melainkan terkunci rapat dan hanya keluarga dekat saja yang tahu.

Coba aku tanya.
Jika kau mengalami hal seperti aku:
Apakah kau bisa berusaha menahan tangis dan marah serta melerai orang tuamu yang sedang cekcok di depan kedua matamu?
Apakah kau bisa berusaha untuk tidak egois walaupun kau sebagai korban dari cekcok orang tuamu?
Apakah kau bisa meyakinkan keduanya untuk hidup rukun kembali?
Apakah kau bisa menyaksikan kedua orang tuamu saling pukul dan saling ejek di depanmu dan kau berusaha melerai keduanya?
Apakah kau bisa menjadi mandiri saat kau membutuhkan keputusan orang tuamu tapi kedua orang tuamu tidak pada kondisi yang baik-baik saja?

Aku sangsi jika kau menjawab 'bisa' sebagai jawaban dari pertanyaan yang aku berikan kepadamu. Aku sangsi juga jika kau mengatakan telah dewasa. Tapi aku percaya jika yang menjawab 'bisa' dan 'Aku dewasa' itu berasal dari keluarga yang tidak baik-baik saja seperti diriku.

Dan Aku ternyata memilih untuk bersyukur.
Terimakasih Ya Allah, Kau telah memberikanku pengalaman hidup yang sangat menakjubkan, yang setiap orang pasti belum tentu mengalami pengalaman seperti pengalaman hidupku.

Karena dengan pengalaman ini (perpecahan keluarga), aku bisa menjadi lebih dewasa untuk memutuskan suatu keputusan dan menjadikan pengalaman ini sebagai amanat untuk kelak kehidupan rumah tanggaku di masa yang akan datang.

Kepada kalian, disini aku mewakili hati-hati yang patah karena keadaan keluarga yang tidak baik. Bersyukurlah atas keluargamu yang baik-baik saja, karena jika tidak, disini ada aku yang memandangmu dengan geram jika kau menyia-nyiakan keluargamu. Sayangilah mereka, sebab kau tidak tahu kan, bagaimana aku merindukan sebuah keluarga yang baik-baik saja?

Kau sudah tau bukan?
Ya.
Aku Elma dan Aku seorang anak broken home.
Dan Ya.

Aku sedang berjuang menghadapi Perang Dunia III ini.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar